Macam-Macam Aktifitas Media Sosial


Dewasa ini, aktivitas daring yang dilakukan oleh khalayak di seluruh penjuru dunia terbilang masif dan intensif. Ada banyak motif dan tujuan yang mendasari khalayak dalam mengakses layanan daring, khusus- nya media sosial. Berikut ini, penulis akan memaparkan analisis beberapa isu-isi terkini terkait penggunaan media sosial yang relatif menyita perhatian para akademisi dan peneliti, yaitu swafoto (selfie), cyberwar, belanja daring, personali- sasi diri pengguna, dan budaya share. Bagi anda yang mempunyai bisnis online dan tidak ada waktu untuk mengelola media sosial bisnia anda melalui jasa pengelola media sosial bisa memudahkan anda.


Swafoto (Selfie)

Salah satu fenomena dalam kemajuan teknologi internet, gawai seperti telepon genggam, dan budaya siber adalah selfie atau swafoto. Kata ini pun telah resmi menjadi kata baru yang dicantumkan dalam kamus Oxford English Dictionary pada tahun 2013 dan secara sederhana berarti ‘foto diri yang disebarluaskan melalui media sosial’ (Rosalina dalam Nasrullah, 2015). Menurut Jerry Saltz (dalam Nasrullah, 2015), selfie didefinisikan sebagai potret-diri instan, yang dibuat dengan kamera ponsel cerdas dan dengan segera disebarluaskan atau ditransformasikan melalui internet sebagai bentuk komunikasi visual instan tentang di mana kita berada, apa yang kita lakukan, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan, dan siapa yang kita pikir melihat kita.



Secara historis, foto diri muncul dan bisa dilihat berbarengan dengan adanya perangkat fotografi di telepon genggam. Berbeda dengan foto digital menggunakan DSLR atau prosumer lainnya, dengan menggunakan telepon genggam, foto yang diambil bisa langsung diunggah di media sosial saat itu juga. Realitas ini membawa pada sebuah kenyataan bahwa pada awalnya, pengguna ingin berbagi momen atau kegiatan mereka bersama teman-teman lainnya di jejaring media sosial.
Kenyataan berikutnya, foto diri yang ditampilkan di media sosial dalam rangka eksistensi diri dan upaya mempertontonkan apa yang telah dicapai pengguna di luar jaringan (offline). Karena itu, sebuah foto diri tidak bisa sekedar dilihat dari aspek wajah, ekspresi dan gaya. Analisis terhadap foto diri juga harus melibatkan suasana, momen, bangunan, tempat atau lingkungan yang menjadi latar dari sebuah foto diri.



Sebuah riset yang dilakukan oleh Lembaga Opinium di Inggris terhadap 2005 responden yang berusia antara 18 sampai 24 tahun pada tahun 2013 menunjukkan bahwa dalam sehari, ada lebih dari satu juta foto diri yang dibuat. Untuk memudahkan mengelola medsos perusahaan atau bisnis anda,bisa menggunakan jasa pengelola media sosial. Realitas sosial siber ini menunjukkan bahwa kekuatan foto diri adalah artefak kebudayaan yang bisa ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Media sosial merupakan arena untuk menampilkan foto diri tersebut dan peng- guna mendapatkan timbal balik dari publikasi tersebut.


Ada beberapa ulasan yang bisa dipaparkan dalam kajian ini terkait dengan fenomena swafoto menggunakan perspektif psikologi sosial. Pertama, kegiatan tersebut sebagai wujud dari eksistensi diri. Berswafoto dan menyebarkannya di media sosial tidak sekadar terfokus pada penam- pilan diri si pengguna. Swafoto merupakan upaya representasi diri di media sosial, sebuah upaya agar dianggap ‘ada’ atau eksis dalam jaringan. Seseorang yang melakukan swafoto juga tengah berusaha mengkonstruksikan identitas sosialnya dengan cara memaksimalkan atau memini- malkan karakter positif atau negatif dalam dirinya supaya self-esteem tetap terpelihara.

Posting Komentar

0 Komentar